Minggu, 21 Oktober 2012

rahasia ibadah sholat dalam tinjauan kesehatan


SHALAT
(Rahasia Ibadah dalam Tinjauan Kesehatan)

Makalah

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Kelompok
Dalam Mata kuliah Thibbun Nabawi
Semester V Jurusan BPI - C
Tahun Akademik 2012/2013


O l e h
Kelompok VI
1.      WELISA SEFTA ANDANI : 210.163
2.      MAISARAH A.                     : 210.169

Dosen Pembimbing:

Urwatul Wusqa Lc, MA, Ph, D

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM (BPI)-C
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
2012 M / 1433 H

KATA PENGANTAR
بسم لله الر حمن الرحيم
            Puji syukur pemakalah panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam pemakalah haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

            Pada kesempatan ini pemakalah mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen yang telah membimbing pemakalah dalam menyelesaikan makalah ini. Selain itu pemakalah juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan segala pihak yang telah membawa pemakalah menyelesaikan makalah ini.

            Dalam makalah ini pemakalah akan menguraikan pembahasan yang berkenaan dengan “ Rahasia Ibadah dalam Tinjauan Kesehatan : Sholat”

            Pemakalah juga menyadari bahwa makalah ini juga belum sempurna. Oleh sebab itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga pemakalah dapat menyempurnakan ini di masa mendatang.







                                                Padang, 06 oktober 2012



Pemakalah


















BAB
PENUTUP
KESIMPULAN
Sangat banyak ayat yang memerintahkan mendirikan sholat di dalam Al Qur’an dan juga Hadits Nabi Saw. seperti :
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
Artinya : “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang   rukuk.” (QS.Al Baqarah (2) : 43)
            صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
Artinya : “Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR.Bukhari no.6705, Ad-Darimi no.1225  dari Malik bin Al Huwairits radliallahu ‘anhu)
Sholat yang kita lakukan lima kali sehari, sebenarnya telah memberikan investasi kesehatan yang cukup besar bagi kehidupan kita. Mulai dari berwudlu ( bersuci ), gerakan sholat sampai dengan salam memiliki makna yang luar biasa hebatnya baik untuk kesehatan fisik, mental bahkan keseimbangan spiritual dan emosional. Tetapi sayang sedikit dari kita yang memahaminya.
Ketenangan, ketenteraman dan kesehatan orang yang diperoleh melalui shalat memiliki nilai spiritual yang cukup tinggi, dan gerakan yang sangat banyak. Hal ini disebabkan karena dalam shalat terdapat dimensi dzikrullah dan juga dimensi gerak / olah raga, karena gerakan dalam shalat dilakukan dengan continue/istiqamah.
Dimensi ini merupakan inti yang menyebabkan orang yang melaksanakan shalat senantiasa mengingat Allah sehingga hatinya menjadi tenang, dan gerakan dalam shalat merupakan olah raga yang dapat memberikan kekebalan pada tubuh, dan juga merupakan terapi dari beberapa penyakit yang ada pada tubuh kita.




DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ensiklopedi Hadits – Kitab 9 Imam.  Penerbit : Lidwa Pusaka
http://Eramuslim.blogspot.com/gerakan sholat bermanfaat untuk kesehatan tubuh/ diunduh 05 oktober 2012/ 20:25 WIB
B.P Hasan, Aliah, 2005, Pengantar Psikologi Islami, Proses Cetak
Sa’id Hawwa, 2004, Intisari Ahya ‘ulumuddin Al-Ghazali, Mensucikan Jiwa, Rabbani Press, Jakarta
An-Najar, Amir, 2004, Psikoterapi Sufistik, dalam Kehidupan Modern, Hikmah, Jakarta
Mujib, Abdul, 2006, Kepribadian dalam Psikologi Islam.

BAB
PEMBAHASAN
A.    Pengertian, Tujuan serta Hikmah Sholat
Sangat banyak ayat yang memerintahkan mendirikan sholat di dalam Al Qur’an, seperti beberapa contoh diantaranya :[1]
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
Artinya : “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang   rukuk.” (QS.Al Baqarah (2) : 43)
أَقِمِ الصَّلاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
Artinya : “Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula sholat) subuh. Sesungguhnya sholat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al Isra’(17) : 78)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُون
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujud-lah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS. Al-Hajj (22) : 77)
Dalam hadits, Rasulullah Saw. Pun juga pernah bersabda :
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
Artinya : “Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat”
(HR.Bukhari no.6705, Ad-Darimi no.1225  dari Malik bin Al Huwairits radliallahu ‘anhu)[2]
Shalat secara etimologi berarti memohon (do’a) dengan baik, yaitu memohon keselamatan, kesejahteraan, dan kedamaian hidup di dunia dan akhirat kepada Allah Swt. Permohonan dalam shalat tidak sama dengan permohonan di luar shalat, sebab di dalam shalat telah diatur dengan tata cara yang baku, tidak boleh dikurangi ataupun ditambah.[3]
Sedangkan menurut istilah shalat adalah perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi Saw,
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
“Dari Ali radliallahu ‘anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Kunci shalat adalah bersuci, yang mengharamkannya (dari segala ucapan dan gerakan di luar shalat) adalah takbir,  dan yang menghalalkannya kembali adalah salam.” (HR. Abu Daud no.56, Ahmad no.957, Ad-Darimi no.684, Ibnu Majah no.271, Tirmidzi no.3)
Seorang yang melaksanakan shalat seharusnya dapat melaksanakannya dengan baik, konsisten, tertib dan khusyu’. Sehingga ia mendapatkan hikmah dari apa yang dikerjakan, pengertian ini didasarkan pada asumsi bahwa orang yang tekun melaksanakan shalat memiliki kepribadian yang lebih shaleh dan sehat, ketimbang orang yang tidak mengerjakan shalat.
Tujuan sholat adalah pengakuan hati bahwa Allah SWT sebagai pencipta adalah Maha Agung, dan pernyataan patuh terhadap-Nya serta tunduk atas kebesaran dan kemuliaan-Nya, yang kekal dan abadi. Karena itu bagi orang yang melaksanakan sholat dengan khusyu’ dan ikhlas, maka hubungannya dengan Allah SWT akan kokoh, kuat, dan istiqamah dalam beribadah, dan menjalankan ketentuan yang digariskan-Nya.
Kewajiban melakukan shalat lima kali sehari juga dapat dipandang sebagai bentuk praktis dari olah raga. Keseluruhan gerakan dalam shalat bersifat tenang, berulang-ulang dan melibatkan semua otot dan persendian, sehingga dapat menjaga keseimbangan energi. Hal ini disebabkan oleh pembakaran kalori dengan teratur.


B.     Gerakan Sholat serta Tinjauan Kesehatannya
Sholat yang kita lakukan lima kali sehari, sebenarnya telah memberikan investasi kesehatan yang cukup besar bagi kehidupan kita. Mulai dari berwudhu’ ( bersuci ), gerakan sholat sampai dengan salam memiliki makna yang luar biasa hebatnya baik untuk kesehatan fisik, mental bahkan keseimbangan spiritual dan emosional. Tetapi sayang hanya sedikit dari kita yang memahaminya.
Dr. Bahar Azwar, SpB-Onk, seorang dokter spesialis bedah-onkologi ( bedah tumor ) lulusan FK UI dalam bukunya ” Ketika Dokter Memaknai Sholat ” mampu menjabarkan makna gerakan sholat. Bagaimana sebenarnya manfaat sholat dan gerakan-gerakannya secara medis. Berikut rangkaian gerakan dan manfaat kesehatan dari rukun Islam yang kedua ini :[4]
1.      Berdiri lurus
دِ يَعَنْ زُرْعَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ الزُّبَيْرِ يَقُولُ صَفُّ الْقَدَمَيْنِ وَوَضْعُ الْيَدِ عَلَى الْيَدِ مِنْ السُّنَّةِ
Dari Zur’ah bin Abdurrahman dia berkata; aku mendengar Ibnu Zubair berkata ;“Meluruskan kedua kaki dan meletakkan tangan (kanan) diatas tangan yang lain (kiri) adalah bagian dari sunnah.“  (HR. Abu Daud no.643)
Kata Nu’man; Maka saya melihat seseorang melekatkan (merapatkan) pundaknya dengan pundak temannya (orang di sampingnya), demikian pula antara lutut dan mata kakinya dengan lutut dan mata kaki temannya. (HR. Abu Daud no.566, Ahmad no.17703)
Ini merupakan pelurusan tulang belakang, dan menjadi awal dari sebuah latihan pernapasan, pencernaan dan tulang.
2.      Takbiratul ikhrom
Takbiratul Ihram berasal dari dua kata : Takbir (ucapan Allahu Akbar) dan Ihram (pengharaman), ketika dua kalimat ini digabung maka bermakna : Ucapan takbir yang memulai pengharaman dari melakukan hal-hal yg dilarang dalam shalat. Seperti makan, minum, berbicara kepada selain Allah SWT dan Rasul SAW dan hal-hal yang diajarkan Rasulullah SAW sebagai mubthilat (yg membatalkan) shalat.
Berdiri tegak lurus, berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah.
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ
Artinya : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila bertakbir maka beliau  mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua telinganya”. (HR. Muslim no.589 dari  Malik bin al-Huwairits)
“Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya dengan jari terbuka rapat  (tidak renggang dan tidak menggenggam).” (HR Abu Daud, Ibnu Khuzaimah, Tamam & Hakim dan disahkan olehnya serta disetujui oleh Dzahabi).
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى عَنْ طَاوُسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
ثُمَّ يَشُدُّ بَيْنَهُمَا عَلَى صَدْرِهِ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ
Artinya : “Dari Thawus dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan tangan kanannya diatas tangan kiri, kemudian menarik keduanya diatas dada ketika shalat.” (HR. Abu Daud no.648)
رَأَيْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُمْسِكُ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ عَلَى الرُّسْغِ فَوْقَ السُّرَّةِ
“Aku melihat tangan kanan Ali radliallahu ‘anhu memegang tangan kirinya pada pergelangannya diatas pusar.“  (HR. Abu Daud no.646)
Takbir berarti kegiatan mengangkat lengan dan merenggangkannya, hingga rongga dada mengembang seperti halnya paru-paru. Dan mengangkat tangan berarti meregangnya otot-otot bahu hingga aliran darah yang membawa oksigen menjadi lancar.
Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
Ketika mulai berdiri tubuh terasa ringan karena berat tubuh tertumpu pada dua kaki. Otot-otot punggung sebelah atas dan bawah dalam keadaan kendur. Punggung dalam keadaan lurus, dengan pandangan terpusat pada tempat sujud. Pikiran berada dalam keadaan terkendali. Pusat otak, atas dan bawah menyatu membentuk kesatuan tujuan. Hal ini juga merupakan cerminan diri dan hati di hadapan Allah. Walau dalam kondisi berdiri tegak namun kepala ditundukkan ke tempat sujud, hal ini mengisyaratkan bahwa kita diwajibkan untuk bertawadhu’ (rendah hati) dan menghindari kesombongan, ini juga merupakan suasana yang sangat dahsyat dimana kita berdiri dihadapan Allah seperti suasana saat nanti manusia di hadapan Allah pada hari pengadilan (yaum al-dîn).
Saat kita berhadapan dengan Allah Yang Maha Mengetahui diri kita, dan kita berhadapan dengan dzat yang sangat kita cintai, maka saat itu pula pikiran kita akan menjadi tenang, anggota badan tertunduk dan semua eksistensi diri kita menjadi tenteram.
3.      Ruku’
 اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَتَحَ التَّكْبِيرَ فِي الصَّلَاةِ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ
فَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ يُكَبِّرُ حَتَّى يَجْعَلَهُمَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ فَعَلَ مِثْلَهُ
“Abdullah bin ‘Umar radliallahu ‘anhuma berkata , “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memulai shalat dengan bertakbir.  Beliau mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir hingga meletakkan kedua tangannya sejajar dengan pundaknya. Ketika takbir untuk rukuk beliau juga melakukan seperti itu” (HR. Bukhari no.696)
Ruku secara bahasa adalah menunduk. Secara Syar'an adalah menundukkan badan hingga kedua telapak tangan meraih/ bersandar pada kedua lututnya. Ruku’ adalah membengkokan tulang belakang, dan meluruskannya, meregangkan  antara tulang dan otot punggung, ruku’ yang sempurna adalah ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air diatas punggung tersebut tidak akan tumpah atau dengan kata lain posisi punggung tepat dalam 90 derajat. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang. Meletakkan tangan pada lutut seraya meluruskan tulang belakang dan menahannya akan mempelancar perdarahan dan getah bening.
Karena itu, makanan bagi tulang belakang beserta ligament dan otot pendukungnya akan terjamin. Lebih jauh Aliah BP. Hasan dalam bukunya Pengantar Psikologi Kesehatan Islami mengatakan bahwa ruku’ merupakan salah satu metode untuk menguatkan otot-otot pada persendian kaki yang dapat meringankan tegangan pada lutut, ketika ruku’ seseorang meregangkan otot punggung sebelah bawah, otot paha, dan otot betis secara penuh.
Tekanan akan terjadi pada otot lambung, perut dan ginjal, sehingga darah akan terpompa ke atas tubuh. Dan ketika melakukan qauna atau berdiri setelah ruku’, secara spiritual ruku’ dapat membentuk seseorang dalam kehidupannya tidak sombong, memulai merendahkan dan menundukkan diri, dan senantiasa berusaha dalam memperhalus hati dan memperbaharui kekhusyu’an shalat, merasakan bahwa dirinya hina dan merasakan pula kemuliaan Allah, kemudian ia memuji dan mengakui keagungan Allah. Hal ini tercermin dalam ucapan dalam ruku’Subhâna Rabbî al-‘adhîmi wa bihamdihi” ( Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan segala puji bagi-Nya ).
4.      I’tidal (Thuma’ninah)
يَنْعَتُ لَنَا صَلَاةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ثَابِتٍ قَالَ كَانَ أَنَسٌ
ا يُصَلِّي وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ قَامَ حَتَّى نَقُولَ قَدْ نَسِيَ
“Dari Tsabit berkata, ” Anas pernah menceritakan sifat shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kami, jika beliau shalat dan mengangkat kepalanya dari rukuk, maka beliau berdiri (lama) hingga kami mengatakan ‘beliau telah lupa’.” (HR. Bukhari no.758)
I'tidal secara bahasa adalah tegak lurus. Secara syar’an adalah tegak berdiri kembali ke posisi semula sebelum ruku’nya. Bangun dari ruku’, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi telinga. i’tidal adalah variasi dari postur setelah ruku’ dan sebelum sujud. Gerak ini merupakan latihan yang baik bagi organ-organ pencernaan. Pada saat I’tidal dilakukan, organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian.
Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar. Postur tubuh kembali tegak, sehingga memberikan tekanan pada aliran darah untuk bergerak keatas. Hal ini dapat membuat tubuh mengalami relaksasi dan melepaskan ketegangan, hal serupa juga terjadi ketika berdiri setelah sujud.


5.      Sujud
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا قَامَ مِنْ السُّجُودِ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ
“Dari Wa`il bin Hujr ia berkata; “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Jika sujud beliau meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangannya. Dan jika bangun dari sujud beliau mengangkat kedua tangannya sebelum kedua lutut.”(HR. Ibnu Majah no.872, Abu Daud no.713, Darimi no.1286)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَضَعْ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ وَلَا يَبْرُكْ بُرُوكَ الْبَعِيرِ
“Dari Abu Hurairah dia berkata; “Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Jika salah seorang dari kalian hendak sujud, maka hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya dan janganlah ia turun (untuk sujud) seperti menderumnya unta.”(HR. Naa’I no.1079, Ahmad no.8598)
Sujud Secara bahasa adalah merendahkan diri serendah-rendahnya. Secara syar'an adalah meletakkan 7 anggota sujudnya pada bumi tempat ia melakukan shalat, yaitu kedua telapak tangan, kedua lutut, kedua kaki, dan dahinya, dengan mengangkat belakang tubuhnya lebih tinggi dari posisi dahinya, melambangkan kerendahan yang serendah-rendahnya atas dahi.
Posisi sujud berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak yang akan memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan / sangat berpengaruh pada daya pikir seseorang. Tak heran kalau ada di sebagian sahabat Rasul menceritakan bahwa Rasulullah sering lama dalam bersujud.
Oleh karena itu, sebaiknya lakukan sujud dengan tuma’ninah, tidak tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
Gerakan dalam sujud juga mempunyai metode yang dapat membawa kedamaian, keselarasan, kesesuaian, ketenangan dan kebahagiaan. Dalam sujud badan dari belakang rata ke depan, kedua telapak tangan ditempelkan pada lantai/tanah, dan kaki ditekuk. Sujud adalah pijatan usus yang sudah dimulai sejak ruku’. Dilakukan dengan meluruskan tulang belakang dan meregang otot hingga rongga perut mengecil.
Otot yang bertambah kuat akan mencegah berbagai penyakit seperti heria dan membantu persalinan, sedangkan usus yang dipijat akan melancarkan peristalsis dan memudahkan buang air besar; aliran darah bebas hambatan akan mencegah ambeien. Muka yang menempel pada lantai Rasulullah Saw. pernah bersabda, “jangan kau usap kerikil yang menempel di muka (wajah) mu, itu akan menjadi mutiara kelak di surga”.
Jika ditinjau dari kesehatan bahwa wajah/muka yang terkena kerikil dalam keadaan sujud adalah merupakan pijatan refleksi yang berfungsi melancarkan peredaran darah dan mengendorkan syaraf-syaraf yang ada di muka, sehingga jika syaraf-syaraf muka kendur dan peredaran darahnya lancar niscaya terhindar dari penyakit kepala, seperti pusing-pusing, migrant, dll.
6.      Duduk Tasyahhud
وَيَرْفَعُ وَيَثْنِي رِجْلَهُ الْيُسْرَى فَيَقْعُدُ عَلَيْهَا
“Setelah itu, beliau mengangkat kepala dan melipat kaki kirinya serta mendudukinya, beliau mengerjakan seperti itu di raka’at yang lain.” (HR. Abu Daud no.824 dari Abu Humaid)
مِنْ سُنَّةِ الصَّلَاةِ أَنْ تُضْجِعَ رِجْلَكَ الْيُسْرَى وَتَنْصِبَ الْيُمْنَى
“Termasuk sunnah shalat adalah engkau menidurkan kaki kiri dan menegakkan kaki kanan.” (HR. Abu Daud no.822, Nasa’I no.1145)
ثُمَّ جَلَسَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَأَقْبَلَ بِصَدْرِ الْيُمْنَى عَلَى قِبْلَتِهِ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى
عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُمْنَى وَكَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ
“Seusainya (sujud) beliau duduk iftirasy (duduk di atas kaki kiri) dengan menghadapkan punggung kaki kanan ke arah kiblat, dan meletakkan telapak tangan kanan di atas lutut kanan, dan telapak tangan kiri di atas lutut kiri, sambil menunjuk dengan jari (telunjuk) nya.“ (HR. Abu Daud no.627 dari Abu Humaid)
حَتَّى إِذَا كَانَتْ السَّجْدَةُ الَّتِي فِيهَا التَّسْلِيمُ أَخَّرَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ مُتَوَرِّكًا
“Ketika beliau duduk (tahiyyat) yang terdapat salam,beliau merubah posisi kaki kiri dan duduk secara tawaruk (duduk dengan posisi kaki kiri masuk ke kaki kanan).“ (HR. Abu Daud no.627 dari Abu Humaid)
ابْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَفِّي بَيْنَ كَفَّيْهِ التَّشَهُّدَ
كَمَا يُعَلِّمُنِي السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
وَهُوَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْنَا فَلَمَّا قُبِضَ قُلْنَا السَّلَامُ يَعْنِي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Ibnu Mas’ud berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengajariku tasyahud -sambil menghamparkan kedua telapak tangannya- sebagaimana beliau mengajariku surat Al Qur’an, yaitu; “AT-TAHIYYATU LILLAHI WASH-SHALAWAATU WATH-THAYYIBAATU, ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN-NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH, ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALA ‘IBAADILLAAHISH-SHAALIHIIN,  ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ABDUHU WA RASUULUH
(Penghormatan, rahmat dan kebaikan hanya untuk Allah. Semoga keselamatan, rahmat, dan keberkahan tetap ada pada engkau wahai Nabi. Keselamatan juga semoga ada pada hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Yaitu ketika beliau masih hidup bersama kami, namun ketika beliau telah meninggal, kami mengucapkan; “Assalaamu maksudnya atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.”
(HR. Bukhari no.5794, Muslim no.609)
Tasyahhud, secara bahasa adalah mengucapkan syahadat, secara syar'an adalah terbagi dua, Tasyahhud awal dan Tasyahhud Akhir. Iftirosy (tahiyyat awal) (Iftirash, yakni dengan menegakkan telapak kaki kanan dan menghamparkan kaki kiri / duduk setelah sujud kedua pada rakaat kedua, lalu membaca do’a tasyahhud awal sebagaimana dijalankan oleh muslimin dan yang itu semua telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.) dan tawarruk (tahiyyat akhir) (ucapan yg merupakan percakapan antara Allah SWT dan Rasulullah SAW di malam Mi'raj beliau, sebagaimana Rasul Saw. menceritakannya : "aku bersujud dan berucap : Attahiyyatulmuba.. dst." Lalu Allah menjawab Assalaamu alaika Ayyuhannabiyy.., lalu aku menjawab : Assalaamu alaina..,”. Maka percakapan ini dijadikan kewajiban untuk selalu diucapkan oleh setiap umatnya, karena saat itulah diwajibkannya shalat, maka shalat menyimpan rahasia kemuliaan Mi'raj beliau Saw. kepada Allah Swt.
Kemudian menunjukkan jari ketika sedang tahiyat merupakan Ittiba' lirrasul SAW (berpanutan pada perbuatan Rasulullah SAW).
Perbedaan kedua duduk tersebut terletak pada posisi telapak kaki. Manfaatnya, saat iftirosy, bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostata) dan saluran vas deferens.
Jika dilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iffirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ. “Nabi duduk dengan tuma’ninah sehingga ruas tulang belakangnya mapan” .
Duduk dalam tasyahud dengan menekukkan jari – jari yang berada pada kaki yang kanan, ini berfungsi untuk me-refleksi (berfungsi pijat refleksi) syaraf-syaraf kaki dan memperlancar peredaran darah hingga ke syaraf kepala, posisi duduk tasyahud juga dapat membantu pencernaan dengan menggerakkan isi perut ke arah bawah. Tubuh akan mengalami relaksasi, dan merangsang otot-otot pangkal paha, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri dan sakit pada pangkal paha.
7.      Salam
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ يَسَارِهِ
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ ، السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ  حَتَّى يُرَى بَيَاضُ خَدِّهِ
“Dari Abdullah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberi salam ke sebelah kanan dan kirinya: “(ASSALAMU’ALAIKUM WARAHMATULLAHI, ASSALAMU’ALAIKUM WAHMATULLAH)“ hingga terlihat putihnya pipi beliau. (HR. Ahmad no.3516 , Ibnu Majah 904, Nasi’I no.1307, Tirmidzi no.272)
عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ يُسَلِّمُ
عَنْ يَمِينِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
وَعَنْ شِمَالِهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
 “Dari ‘Alqamah bin Wa`il dari ayahnya dia berkata; “Aku shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau memberi salam ke arah kanan dengan mengucapkan “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh (Semoga keselamatan, rahmat dan berkah Allah tetap atas kalian),“ dan kearah kiri dengan mengucapkan “Assalamu ‘alaikum warahmatullah (Semoga keselamatan dan rahmat Allah tetap atas kalian).” (HR. Abu Daud no.846)
Salam adalah ucapan dari rukun shalat yg terakhir dg niat selesai dari shalat, ucapan salam yang pertama merupakan rukun shalat, dan salam yang kedua adalah sunnah, mengenai kepada siapa ucapan tersebut memang banyak khilaf, namun bukan itu daripada tujuan utama mengucapkan salam, karena tujuan utama dari salam dan seluruh gerakan shalat adalah Ittiba' lirrasul SAW dengan landasan perintah Allah SWT dengan puluhan ayat pd Al-Qur'anulkarim yang memerintahkan kita taat kepada Rasulullah SAW, dan mengikuti perintah beliau.
Gerakan memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal. Manfaatnya untuk relaksasi otot sekitar leher dan kepala, menjaga kelenturan urat leher dan menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah. Gerakan ini juga akan mempercepat aliran getah bening di leher ke jantung.
8.    Thuma’ninah
بِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسُجُودُهُ وَبَيْنَ السَّجْدَتَيْنِعَنْ الْبَرَاءِ قَالَ كَانَ رُكُوعُ النَّ
وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ مَا خَلَا الْقِيَامَ وَالْقُعُودَ قَرِيبًا مِنْ السَّوَاءِ
“Dari Al Bara’ berkata, “Rukuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sujudnya, (duduk) antara dua sujud, dan ketika  mengangkat kepala dari rukuk, tidaklah berbeda antara berdiri (i’tidal) dan duduknya melainkan semuanya sama  (dalam thuma’ninah).“ (HR. Bukhari no.750)
Sudah seharusnya shalat kita dilaksanakan dengan thuma’ninah yaitu dengan tenang, rileks, dan santai setelah melakukan aktivitas dalam mengarungi semua dimensi kehidupan. Hampir semua rukun-rukun shalat untuk melakukan thuma’ninah. Thuma’ninah merupakan bentuk relaksasi dalam shalat, dimana seseorang berdiam sejenak untuk merasakan istirahat atau bersantai-santai setelah mengalami kontraksi atau peregangan otot dan syaraf. Melalui thuma’ninah diharapkan seseorang mengalami kedamaian dan ketenangan, sehingga dapat mengurangi rasa kecemasan, dll.
http://andrezyrus.files.wordpress.com/2012/07/gerakan-shalat.jpg?w=150&h=141


[3] http://lutfichakim.blogspot.com//gerakan-sholat-perspektif-kesehatan/html
[4] http:// abisyamsul.blogspot.com/manfaat-sholat-bagi-kesehatan/html

1 komentar: